PENGARUH POSITIF DAN
NEGATIF MUSIK DALAM GEREJA
D I S U S U N
OLEH : Abed nego Nainggolan
MATA KULIAH :
Sejarah Gereja Umum
SEMESTER : II (Dua)
DOSEN PENGAJAR : Jannus H Simanjuntak Spd.K, M.TH
SEKOLAH TINGGI TEOLOGIA
KRISBA
BATAM – 2017
PENGERTIAN MUSIK
Musik adalah
salah satu media ungkapan kesenian, musik mencerminkan kebudayaan masyarakat
pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan norma-norma yang menjadi
bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun
informal. Musik itu sendiri memiliki bentuk yang khas, baik dari sudut
struktual maupun jenisnya dalam kebudayaan. Demikian juga yang terjadi pada
musik dalam kebudayaan masyarakat melayu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602)
Musik adalah: ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 602)
Musik adalah: ilmu atau seni menyusun nada atau suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).
MANFAAT MUSIK
Musik sangat erat hubungan nya dengan manusia dan
berikut adalah beberapa manfaat musik bagi kehidupan manusia yaitu sebagai
berikut.
1. Musik bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan kekebalan tubuh
Musik ternyata bersifat terapeutik dan menyembuhkan.
Menurut Campbel, musik mampu menghasilkan stimulan yang bersifat ritmis.
Stimulan ini kemudian ditangkap oleh pendengaran manusia dan diolah di dalam
sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang mereorganisasikan intepretasi bunyi
ke dalam ritme internal pendengarnya.
Ritme internal ini memengaruhi metabolisme tubuh
manusia sehingga prosesnya berlangsung dengan lebih baik. Metabolisme yang
lebih baik akan mengakibatkan tubuh mampu membangun sistem kekebalan yang lebih
baik. Dengan sistem kekebalan yang lebih baik, maka tubuh menjadi lebih tangguh
terhadap kemungkinan serangan penyakit.
2. Musik dapat meningkatkan intelegensi
Hal ini dapat terjadi karena rangsangan ritmis mampu
meningkatkan fungsi kerja otak manusia. Ritme internal yang dihasilkan musik
membuat saraf-saraf otak bekerja, rasa nyaman dan tenang yang distimulasi musik
membuat fungsi kerja otak bekerja optimal. Apabil hal ini sering dilakukan,
maka fungsi kerja otak manusia akan semakin prima, sehingga kemampuan berpikir
menjadi lebih jernih dan tajam, serta bisa mencegah kepikunan (alzheimer).
3. Musik sebagai sarana relaksasi
Musik bisa menimbulkan reaksi psikologis yang dapat
mengubah suasana hati dan kondisi emosi, sehingga musik bermanfaat sebagai
relaksasi yang dapat menghilangkan stres, mengatasi kecemasan, memperbaiki
mood, dan menumbuhkan kesadaran spiritual. Kesadaran akan fitrah kemanusiaan
yang tidak bisa lepas dari masalah, kesadaran akan keberadaan kekuatan Yang
Maha Sempurna, sehingga timbul kepasrahan untuk berserah kepadaNya.
Penyerahan diri inilah yang bisa mengurangi bahkan
menghilangkan beban pikiran dan perasaan yang menekan. Rangsangan ritmis yang
dihasilkan musik mampu membuat pikiran rileks, serta menimbulkan perasaan-perasaan
positif, tenang, nyaman, dan optimis bahkan bahagia.
4. Musik sebagai alat dan media komunikasi antarmanusia
Musik bermanfaat sebagai alat dan media komunikasi
antarmanusia karena musik merupakan bahasa universal yang mampu memadukan
perbedaan, menciptakan perdamaian, dan solidaritas kemanusiaan. Sejarah sering
kali mencatatkan peran dan manfaat musik sebagai sarana pergaulan dan media
komunikasi yang bisa dipahami semua orang, sekalipun tidak memahami bahasa
tiap-tiap bangsa. Dalam kehidupan sehari-hari musik sering kali menjadi alat
komunikasi dengan orang yang dicintai, mewakili perasaan hati, ungkapan
kerinduan bahkan kemarahan.
5. Musik sebagai sarana pengiring tari/dansa
Adanya unsur irama/ritme dalam musik, maka hal
tersebut dapat memengaruhi perasaan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan
indah dalam tari/dansa. Di Indonesia, musik banyak digunakan untuk mengiringi
tarian tradisional. Di dunia Barat, musik juga berfungsi sebagai pengiring
tari/dansa. Misalnya, musik waltz digunakan untuk mengiringi tarian waltz,
musik disko untuk tarian disko, begitu juga jenis musik yang lainnya, seperti
tango, rumba, beguin, cha-cha, R & B, dan lainnya.
6. Musik sebagai sarana upacara keagamaan
Dalam konteks keagamaan, musik dapat digunakan untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Musik
keagamaan bersifat sakral, dapat mengilhami penganut suatu agama untuk selalu
mengingatNya, baik dalam upacara adat, upacara pernikahan, maupun upacara
kematian. Biasanya, permainan musik religius ini ditampilkan di tempat-tempat
ibadah.
PENGERTIAN
MUSIK ROHANI
Perbedaan musik dengan
musik rohani adalah musik rohani lebih ditujukan kepada Allah atau Tuhan, dan
lebih banyak mengandung unsur keilahian atau religius kekeristenan. Dan musik
ini tidak hanya sebatas dinikmati oleh jiwa manusia, sebagai orang percaya
dan Roh Allah tinggal dalam hidup
manusia sehinga dengan musik rohani ini menjadi jembatan yang menghubungkan Roh
manusia kepada Allah sehingga dengan kusungguhan hati orang yang bernyanyi akan
mengalami kelegaan atau dipenuhi hadirat Allah, biasanya akan mengalami seperti
berikut ini.
1. Akan
ada KEPENUHAN ROH KUDUS, URAPAN Roh Kudus, ada Kuasa Roh Kudus.
2. Akan
ada Jamahan, Kesembuhan, Kelepasan.
3. Akan ada proses perubahan, pemulihan
dan kegerakan, bahkan pembersihan.
4. Akan
ada KETERBUKAAN SALURAN KOMUNIKASI dengan Tuhan.
HUBUNGAN
MUSIK ROHANI DENGAN IBADAH – PENYEMBAHAN – PUJIAN
1. Ibadah untuk
menyatakan Kasih Allah
Terciptanya ibadah karena Allah
sendiri yang berinisiatif memanggil manusia untuk datang kepada-Nya dan
bertobat. Ibadah adalah tindakan Allah untuk menyatakan kasih-Nya dan manusia
dipanggil untuk menjawab perbuatan kasih-Nya dan melayani-Nya.
Martin Luther merumuskan demikian:
Ibadah adalah saat di mana Allah Yang Pengasih itu sendiri berbicara kepada kita melalui firman-Nya yang kudus dan bahwa kita pada gilirannya berbicara kepada-Nya dalam doa dan nyanyian pujian.
Beberapa kutipan dari Alkitab mengenai ibadah yang dimaknakan dengan avoda / latreia sebagai berikut:
– “Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minummu …” (Keluaran 23: 25)
“… tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu” (1 Samuel 12:20)
“… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)
Yang kedua adalah kata hisytokhawa (bhs Ibrani) / proskuneo (bhs. Yunani), yang berarti tiarap atau bertiarap. Dalam Alkitab diterjemahkan dengan: sujud menyembah / tersungkur.
Dari pemahaman ini hendak dimaknakan bahwa ibadah adalah suatu pernyataan penaklukan diri manusia di hadapan Allah. Ibadah dengan merebahkan diri / sujud menyembah mau menyatakan ketidaklayakan diri kita di hadapan Allah.
Martin Luther merumuskan demikian:
Ibadah adalah saat di mana Allah Yang Pengasih itu sendiri berbicara kepada kita melalui firman-Nya yang kudus dan bahwa kita pada gilirannya berbicara kepada-Nya dalam doa dan nyanyian pujian.
Beberapa kutipan dari Alkitab mengenai ibadah yang dimaknakan dengan avoda / latreia sebagai berikut:
– “Tetapi kamu harus beribadah kepada TUHAN Allahmu; maka Ia akan memberkati roti makananmu dan air minummu …” (Keluaran 23: 25)
“… tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu” (1 Samuel 12:20)
“… supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itu adalah ibadahmu yang sejati (Roma 12:1)
Yang kedua adalah kata hisytokhawa (bhs Ibrani) / proskuneo (bhs. Yunani), yang berarti tiarap atau bertiarap. Dalam Alkitab diterjemahkan dengan: sujud menyembah / tersungkur.
Dari pemahaman ini hendak dimaknakan bahwa ibadah adalah suatu pernyataan penaklukan diri manusia di hadapan Allah. Ibadah dengan merebahkan diri / sujud menyembah mau menyatakan ketidaklayakan diri kita di hadapan Allah.
2. Penyembahan merupakan bentuk tertinggi dari pujian
Kata Yunani di Perjanjian Baru yang
sering diterjemahkan sebagai “penyembahan” (proskuneo) memiliki makna
“tersungkur di hadapan” atau “bersujud di hadapan.” Penyembahan merupakan
sebuah sikap roh. Karena penyembahan merupakan kegiatan pribadi yang terjadi
dalam diri seseorang, maka orang Kristen menyembah Allah setiap saat, tujuh
hari dalam seminggu.
Ketika orang-orang Kristen secara resmi berkumpul bersama-sama dalam penyembahan, titik fokusnya harus tetap pada penyembahan pribadi kepada Allah. Bahkan sebagai bagian dari jemaat, setiap orang yang mengambil bagian harus menyadari bahwa ia sedang menyembah Allah secara pribadi.
Sifat ibadah dalam Kekristenan adalah “dari dalam ke luar,” sehingga memiliki dua syarat yang sama pentingnya. Kita harus menyembah "dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4:23-24). Menyembah dalam roh tidak ada hubungannya dengan sikap tubuh kita. Ini berhubungan dengan lubuk hati kita, sehingga hal ini membutuhkan beberapa hal.
Pertama-tama, kita harus sudah dilahir-barukan. Tanpa Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, kita tidak bisa meresponi Allah dalam penyembahan, karena kita tidak sungguh-sungguh mengenal-Nya. "Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor 2:11b). Roh Kudus yang berdiam di dalam kita adalah Pribadi yang memampukan kita untuk menyembah. Pada dasarnya Dia sedang memuliakan diri-Nya. Semua penyembahan yang benar pasti memuliakan Allah.
Kedua, menyembah dalam roh membutuhkan pikiran yang berpusat kepada Allah. Juga, pikiran yang sudah diperbaharui oleh kebenaran. Paulus mendorong kita untuk "mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Rm 12:1b, 2a). Hanya ketika pikiran kita berubah, dari yang tadinya berpusat kepada hal-hal duniawi menjadi berpusat kepada Allah, barulah kita dapat menyembah di dalam roh. Berbagai macam gangguan dapat memenuhi pikiran ketika kita mencoba untuk memuji dan memuliakan Allah, yang bisa menghalangi penyembahan yang sejati.
Ketiga, kita hanya dapat menyembah dalam roh jika memiliki hati yang murni, terbuka dan mau bertobat. Ketika hati Raja Daud dipenuhi dengan rasa bersalah atas dosanya dengan Batsyeba (2 Sam 11), ia mendapati bahwa tidak mungkin baginya untuk menyembah. Dia merasa bahwa Allah jauh darinya, dan dia "mengeluh sepanjang hari," merasa tangan Allah menekannya dengan berat (Mzm 32:3, 4). Namun, ketika ia mengakui dosanya, persekutuannya dengan Allah langsung dipulihkan. Pujian serta penyembahan dicurahkan kepadanya.
Dia memahami bahwa "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk" (Mzm 51:17). Pujian dan penyembahan kepada Allah tidak bisa datang dari hati yang penuh dengan dosa yang tidak diakui.
Ketika orang-orang Kristen secara resmi berkumpul bersama-sama dalam penyembahan, titik fokusnya harus tetap pada penyembahan pribadi kepada Allah. Bahkan sebagai bagian dari jemaat, setiap orang yang mengambil bagian harus menyadari bahwa ia sedang menyembah Allah secara pribadi.
Sifat ibadah dalam Kekristenan adalah “dari dalam ke luar,” sehingga memiliki dua syarat yang sama pentingnya. Kita harus menyembah "dalam roh dan kebenaran" (Yoh 4:23-24). Menyembah dalam roh tidak ada hubungannya dengan sikap tubuh kita. Ini berhubungan dengan lubuk hati kita, sehingga hal ini membutuhkan beberapa hal.
Pertama-tama, kita harus sudah dilahir-barukan. Tanpa Roh Kudus yang berdiam di dalam kita, kita tidak bisa meresponi Allah dalam penyembahan, karena kita tidak sungguh-sungguh mengenal-Nya. "Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah" (1 Kor 2:11b). Roh Kudus yang berdiam di dalam kita adalah Pribadi yang memampukan kita untuk menyembah. Pada dasarnya Dia sedang memuliakan diri-Nya. Semua penyembahan yang benar pasti memuliakan Allah.
Kedua, menyembah dalam roh membutuhkan pikiran yang berpusat kepada Allah. Juga, pikiran yang sudah diperbaharui oleh kebenaran. Paulus mendorong kita untuk "mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Rm 12:1b, 2a). Hanya ketika pikiran kita berubah, dari yang tadinya berpusat kepada hal-hal duniawi menjadi berpusat kepada Allah, barulah kita dapat menyembah di dalam roh. Berbagai macam gangguan dapat memenuhi pikiran ketika kita mencoba untuk memuji dan memuliakan Allah, yang bisa menghalangi penyembahan yang sejati.
Ketiga, kita hanya dapat menyembah dalam roh jika memiliki hati yang murni, terbuka dan mau bertobat. Ketika hati Raja Daud dipenuhi dengan rasa bersalah atas dosanya dengan Batsyeba (2 Sam 11), ia mendapati bahwa tidak mungkin baginya untuk menyembah. Dia merasa bahwa Allah jauh darinya, dan dia "mengeluh sepanjang hari," merasa tangan Allah menekannya dengan berat (Mzm 32:3, 4). Namun, ketika ia mengakui dosanya, persekutuannya dengan Allah langsung dipulihkan. Pujian serta penyembahan dicurahkan kepadanya.
Dia memahami bahwa "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk" (Mzm 51:17). Pujian dan penyembahan kepada Allah tidak bisa datang dari hati yang penuh dengan dosa yang tidak diakui.
Syarat kedua dari penyembahan yang
benar ketika hal tersebut dilakukan "di dalam kebenaran." Semua
penyembahan adalah respon terhadap kebenaran. Apa yang bisa mengukur kebenaran
lebih baik daripada Firman Allah? Yesus berkata kepada Bapa-Nya,
"firman-Mu adalah kebenaran" (Yoh 17:17b). Mazmur 119 mengatakan,
"Taurat-Mu benar" (ayat 142b) dan "Dasar firman-Mu adalah
kebenaran" (ayat 160a).
3. Pujian adalah sesuatu yang layak Kepada Allah
I. Arti kata PRAISE (Pujian) dalam bahasa
Ibrani:
- TODAH = Mengangkat tangan tanda mengucap syukur. Maz.50:23
- YADAHA = Mengangkat tangan serta menikmati hadirat Allah. Maz.107:8, 15, 21,
- HALLAL = Sangat bersukacita (Ledakan sukacita yang luarbiasa) dengan suara keras.
- ZAMAR = Memainkan alat musik (jenis bedawai), memuji dengan alat musik. Maz.149:3, 150:3-4.
- BARAK = Memberkati Allah karena Dialah sumber kejayaan, kemakmuran, dan kesuburan . Hak.5:3, Maz.72:13-15.
- TEHILLAH = Puji-pujian pengagungan (bernyanyi dengan keras). Maz.33:1, Maz.149:6.
- SHABACH = Berteriak dengan keras dengan sorak kemenangan.
II. Mengapa Kita Memuji Tuhan?
- Perintah Tuhan. Maz.1501:1.
- Tuhan bersemayam diatas puji-pujian. Maz.22:4.
- Ada kuasa didalam puji-pujian. Maz.149:6-9.
- Adalah baik memuji Tuhan. Maz.29:2.
- Karena DIa layak dipuji. Maz. 48:2, Wah.4:11.
- Kita diciptakan untuk memuji Dia. Yes. 43:21.
III. Bila Kita Memuji Tuhan?
- Dalam keadaan gembira. Yak. 5:13.
- Dalam keadaan tertekan. Maz.42:6.
- Dipagi hari. Maz.57:9.
- Dimalam hari. Maz. 119:62.
- Siang malam. 1 Taw.9:33.
- Disegala waktu. Maz.34:2.
IV. Bagaimana Kita Memuji Tuhan?
Dasar utama didalam kita memuji Tuhan adalah kita tidak memakai cara kita tetapi cara Tuhan. ALkitab banyak berbicara tentang cara-cara memuji Tuhan.
Dasar utama didalam kita memuji Tuhan adalah kita tidak memakai cara kita tetapi cara Tuhan. ALkitab banyak berbicara tentang cara-cara memuji Tuhan.
- Mengangkat Tangan. Maz.63:5, Maz.134:3, Nehemia 8:6, Maz.141:2. Mengapa mengangkat tangan?
- Tanda penyembahan kita kepada Dia. 1 Sam.4:4 dan 1 Taw. 13:6 bentuk tangan yang mirip dengan sayap malaikat Kerubim pada Tabut Perjanjian.
- Gambaran seorang bayi yang minta digendong atau dipeluk oleh bapanya.
- Lebih mudah berkonsentrasi (terutama didalam doa).
- Tanda keterbukaan hati kepada Tuhan (pekerjaanNya).
- Menerima apa yang Tuhan kerjakan didalam hidup kita (sikap yang pasrah).
- Bertepuk Tangan. Maz.42, 47:2, 2 Jaj.11:12.
Didalam tradisi bangsa Yahudi bertepuk tangan bukanlah sekadar untuk
memberi “beat” tetapi sebagai salah satu bentuk “make joyful noise”
kepada Tuhan.
- Memainkan Alat-alat Musik. MAz.105:3-5.
Ditangan para penyembah dan pemazmur maka alat- alat muzik menjadi pujian
dan bahkan bernubuat pun boleh menggunakan alat-alat muzik. 1 Taw.25:1-3.
- Berdiri. 2 Taw.5:13, Maz.134:1.
Merupakan tanda hormat dan kesiap siagaan. Kalau kita duduk maka kesiap
siagaan itu menjadi berkurang dan pikiran bisa melayang-layang sehingga iblis
bisa menggunakan kesempatan itu untuk meltakkan kakinya. Ep.4:27. (Faathald).
- Membungkuk, sujud bertelut dan tertelungkup. Maz.95:6, Wah.19:4, Wah.4:10, Kej.19:1, Yes.55:14. Ini adalah bentuk-bentuk dari ekspresi kita didalam menyembah Dia.
- Bernyanyi dengan suara yang keras. Maz.26:7. Bernyanyi dengan Bahasa Roh. 1 Kor.14:15.
- Menari-nari. Maz.149:3, 150:4, 2 Sam.6:14-16, Kel.15:20-21. Tarian penyembahan.
- Berteriak. Maz.47:7, Maz.35:27. Berteriak dalam bahasa Ibraninya HILLEL yaitu kata dasar dari Halleluyah yang bererti berteriak dengan keras dengan penuh sukacita.
1. Pengiring Doa
Saya sering mendengar bapak saya memuji dan menyembah Tuhan sambil diiringi lagu-lagu rohani dan hasilnya doa akan bertambah teduh dan semakin bisa merasakan kehadiran Tuhan. Cobalah menyanyikan 2-4 lagu rohani teduh sebelum berdoa malam. saya juga melakukan hal ini dan hasilnya memang luar biasa, saya merinding dan merasakan hadirat Tuhan hadir ditengah doa saya.
2. Pengiring Ibadah
Kalau yang satu ini tentu saja kita semua sudah tahu, dalam setiap ibadah di gereja manapun kita menyediakan waktu dimana kita dapat memuji dan menyembah(Praise and Worship) Tuhan dengan lagu-lagu rohani. Biasanya pujian dan penyembahan tersebut dipimpin oleh seorang pemimpin pujian atau biasa disebut WL(Worship Leader).
3. Peneduh Hati
Sesuai dengan manfaat nomor 1, lagu rohani dapat meneduhkan hati. bukan hanya dalam suasana doa, tetapi dalam berbagai suasana dan persoalan. saat menghadapi permasalahan, cobalah berdiam diri dalam suatu kamar tertutup sambil mendengarkan lagu rohani yang teduh dan merenung tentang kebaikan Tuhan. kalau diresapi sungguh" hati kita akan teduh bahkan dapat menangis karnanya
4. Pengganti lagu 'pop'
Seorang teman saya berkata kepada saya bahwa lagu dunia itu membuat hati galau lebih baik mendengarkan lagu rohani saja. awalnya saya tidak terlalu menanggapi, tetapi kemudian saya berfikir dan mencoba mendengarkan lagu tersebut, dan ternyata memang lagu rohani itu lebih baik dibandingkan lagu pop. memberikan semangat tersendiri dalam setiap kata-katanya.beberapa lagu yang waktu itu saya dengar adalah "Nyanyi dan Bersoraklah" , "Lebih dari Pemenang" , "Tiba Saatnya" .
5. Pelepas Galau
Saya pernah mengalami permasalahan atau pergumulan yang sangat berat baik dalam sekolah maupun keluarga bahkan dalam pekerjaan, tetapi karena sering mendengarkan lagu rohani, semakin hari saya menjadi kembali pulih. lagu rohani sangat membantu saya dalam memulihkan semangat hidup saya karna lagu-lagu tersebut mengingatkan bahwa betapa besar kesetiaan Dia sebagai 'Sahabat' kita, betapa kasih-Nya Dia sebagai 'Bapa' kita, dan betapa adil dan bijaksana-Nya Dia sebagai 'Raja' kita.
MUSIK
GEREJA
Musik gereja
adalah suatu jenis musik
yang berkembang di kalangan Kristen (juga pada zaman sebelum kekristenan: Yahudi),
terutama dilihat dari penggunaannya dalam ibadah gereja.
Seorang tokoh musik gereja, Mawene (seorang Teolog Perjanjian Lama
dari Indonesia,
namun juga memberi perhatian dalam Musik Gereja), dalam bukunya Gereja yang
Bernyanyi menyebutkan musik gereja merupakan ungkapan isi hati orang
percaya (Kristen) yang diungkapkan dalam bunyi-bunyian yang bernada dan
berirama secara harmonis, antara lain dalam bentuk lagu dan nyanyian. Sama
dengan musik secara umum, dua unsur; vokal dan instrumental harus diperhatikan,
dan terkhusus dalam bermusik di gereja yang sarat dengan makna teologis dan
berkenaan dengan iman umat, dua hal itu sangat penting untuk
disajikan secara tepat agar umat mampu menghayati imannya dengan bantuan musik.
Tujuan Musik Gereja
Musik gereja bukanlah suatu hal
yang baru. Mengenai musik yang digunakan dalam ibadah, dapat dikatakan
sepanjang sejarah kehidupan manusia bahkan sampai pada kekekalan.
Orang-orang Perjanjian Lama bernyanyi dan memainkan alat musik sebagai ucapan
syukur dan bahkan untuk mengundang hadirat Allah turun atas mereka.
Demikian juga dalam Perjanjian Baru, semakin berkembang hingga sekarang
ini. Semua perkembangan ini dilatarbelakangi oleh kerinduan manusia untuk
bersekutu dengan Allah melalui lagu dan pujian penyembahan.
Tujuan musik gereja adalah untuk memberitakan Firman Tuhan dan memuliakan
Allah. Kehadiran musik gereja diharapkan dapat menolong umat Allah
mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Sehingga perlu mengetahui kepada
siapa musik gereja ini ditujukan. Musik ditujukan untuk hormat dan
kemuliaan Allah tanpa bermaksud mencari popularitas diri para pelayan musik.
PENTINGNYA
MUSIK GEREJA DALAM IBADAH
Musik menempati posisi yang
sangat strategi dalam menciptakan suasana hati dan ibadah yang focus kepada
Tuhan. Sudah banyak bukti tentang pengaruh musik dalam kehidupan manusia.
a.
Membantu Seseorang Mengalami Perjumpaan Dengan Tuhan
Sudah banyak buktinya bahwa pengetahuan dan perasaan
manusia tidak selalu berjalan seimbang. Walaupun secara pikiran,
seseorang dapat mengetahui Allah, tetapi kalau ia tidak mengalaminya dalam
hati, maka semuanya akan sia-sia. Musik sangat menyentuh perasaan
manusia. Dengan adanya musik gereja, orang-orang percaya dapat tersentuh
dengan pujian maupun segala macam yang berhubungan dengan musik. Banyak
kesaksian orang yang mengalami pertobatan karena mendengar lagu rohani.
Musik gereja bukan hanya sekedar memberi hiburan bagi
para pendegar melainkan sebagai sesuatu alat yang memampukan umat untuk dapat
bernyanyi. “Dengan prinsip ini, kita melihat bahwa segala sesuatu yang
bersangkutan dengan musik gereja mempunyai peran dan fungsi hakiki sebagai
pemampu yang memampukan umat/jemaat untuk bernyanyi”[3]
Pernyataan ini bermaksud bahwa musik gereja juga memiliki peranan dalam membawa
jemaat lebih serius beribadah. Ibadah tidak selalu dalam ruang gereja,
tetapi di segala tempat dan di setiap nafas hidup manusia.
b.
Membedakan Gereja Dengan Organisasi Dunia
Gereja merupakan kumpulan orang-orang percaya kepada
Yesus. Kadang-kadang sulit untuk membedakan antara gereja dengan instansi
dunia. Banyak orang yang menjadikan gereja sebagai gedung teater tempat
pertunjukkan. Tetapi, dengan adanya musik gereja, orang dapat
membedakannya. Musik gereja merupakan ciri khas dari gereja sendiri.
Musik juga dapat memberi terobosan baru yang mungkin
saja tidak dapat tercapai dengan pelayanan yang lain. Musik gereja dapat
membuat orang menjadi sedih, gembira, dan bahkan menyesali dirinya.
Tetapi musik gereja adalah membuat orang bertobat, sadar akan ketergantungan
pada Allah dan bahkan mendatangkan sukacita dan damai sejahtera dalam hati
walaupun menghadapi masalah besar.
1. Fungsi musik gereja:
- Sebagai nyanyian pujian
- Sebagai doa
- Sebagai alat proklamasi
- Sebagi cerita . Ungkapan hati atas kehadiran Tuhan di tengah kita, ungkapan hati atas perbuatan Tuhan bagi kita, ungkapan hati untuk memperkuat iman kita semua
- Karunia Allah.Melalui musik kita beribadah kepada Allah. Tujuan ibadah kita adalah untuk mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai ibadah sejati bagi Allah, bukan persembahan bagi para pengunjung ibadah.
- Ragam musik gereja ada beraneka ragam, terdiri dari nyanyian jemaat, musik paduan suara dan musik instrumental. Semuanya digunakan dalam rangka perayaan iman gereja serta memiliki simbolik tersendiri.
Nyanyian jemaat merupakan nyanyian komunitas yang
relative mudah dinyanyikan oleh orang banyak. Cara menyanyikannya ada beraneka
ragam: alternatim, antiphonal, responsorial, dengan diskantus, canon, cantus
firmus di tenor atau suara lain.
2.Ibadah bukan hiburan
Seringkali kita lebih cenderung untuk memuaskan diri
kita sendiri. Misalnya hanya mau mendengar khotbah yang bagus dan indah-indah
saja, kalau mendengar teguran keras, langsung pendeta dicap tidak baik. Atau
hanya mau lagu-lagu yang rame dan asal bikin hati senang saja.
Ibadah kita dilakukan di hadapan Tuhan, untuk Tuhan.
Pusatnya bukan diri kita atau jemaat. Pusat ibadah adalah Yesus Kristus Tuhan kita.
Ialah yang diberitakan dalam ibadah-ibadah kita, Ialah yang kita ingat dalam
ibadah-ibadah kita. Sudah selayaknya persembahan kita hanyalah untuk nama-Nya.
Itu sebabnya, ibadah kita harus dipersiapkan
dengan matang. Baik dari segi isi ibadah maupun penyelenggaraan ibadah. Supaya
ibadah dapat berjalan dengan baik dan khidmat, kita harus mempersiapkan semua
pelayan ibadah, termasuk para pemusik, penyanyi dan paduan suara. Pemusik
ibadah tidak sama dengan pemusik biasa.
Seseorang yang pandai dan handal dalam memainkan
instrumen atau menyanyi, belum tentu merupakan pemusik ibadah yang baik.
Menjadi seorang pengiring nyanyian jemaat yang baik tidaklah mudah. Ia harus
memahami fungsi dan tugasnya.
Daud telah menganggap penting fungsi pelayan ibadah
dalam ibadah musik. Dengan demikian, kita dapat mempersiapkan kader untuk
menjadi tenaga pemusik gereja yang diperlukan untuk menopang pelayanan dalam
gereja.
Kwalifikasi pemusik gereja
Ia adalah seorang tenaga ahli yang dididik dan
dilatih. (bdk. I Taw 25:7).
Dari segi spiritualitas ia adalah rekan dari Pelayan Firman, yang melayani
dalam bidang musik. Tentu bukan untuk menunjukkan kepiawaiannya dalam bermain
namun sekedar merupakan medium untuk memberitakan Kabar Baik dengan bimbingan
Roh Kudus. Seorang pemusik gereja juga hendaknya taat beribadah dan hidup
sebagai murid Kristus, bukan hanya dalam ibadah tapi juga dalam kehidupan
sehari-hari.
Dari segi kepribadian sebaiknya seorang pemusik gereja
itu mudah bergaul dan bekerja sama dengan siapa saja, pemimpin yang baik dan
bertanggung jawab serta bisa menempatkan diri sesuai dengan fungsinya pada saat
itu.
Dari segi musikalitas, seorang pemusik gereja harus
memiliki dasar musik dan pengetahuan musik yang kuat. Diimbangi tentu saja
dengan pengetahuan mengenai liturgy dan sejarah musik gereja serta senantiasa
menambah pengetahuan, terutama mengenaik kontekstuaslisasi musik gereja.
3.Paduan Suara
Dari masa Perjanjian Lama hingga kini, paduan suara
memegang peranan penting di dalam ibadah jemaat. Di Abad Pertengahan, schola
cantorum (kelompok penyanyi) adalah kelompok yang bertugas untuk menyanyikan
lagu-lagu yang ada di dalam ibadah.
Pada masa Reformasi, Luther menggunakan paduan suara (anak) untuk
mengajarkan nyanyian baru kepada jemaat. Calvin bahkan hanya memperkenankan
paduan suara untuk mengiringi nyanyian jemaat di gereja.
Baik Luther maupun Calvin memandang musik gereja itu
penting demi pertumbuhan iman jemaat. Melalui dokumentasi yang ada kita melihat
bahwa paduan suara anak di Jenewa yang merupakan bagian dari sekolah, memiliki
tugas untuk membentuk dan mendukung nyanyian jemaat. Paduan suara anak tersebut
menyanyi mazmur satu suara. Aransemen mazmur lebih digunakan untuk di rumah,
bukan untuk di gereja. Calvin membedakan antara nyanyian jemaat, musik paduan
suara, permainan orgel dan nyanyian liturgi. Bagi Calvin nyanyian paduan suara
di dalam ibadah dapat membuat perhatian orang teralih dari syair hingga orang
hanya mendengarkan musiknya saja tanpa memperhatikan pesan yang ada di dalam
lagu tersebut. Itu adalah salah satu keberatan Calvin.
Luther sebaliknya, banyak memakai musik di dalam
ibadah. Musik adalah ciptaan Tuhan dan itu adalah karunia Tuhan, menurut
Luther. Luther menghubungkan musik gereja dengan Pekabaran Injil: Kabar Baik
itu penuh dengan nyanyian dan permainan musik. Iman dan percaya menginginkan
kita menyanyi. Musik dapat membantu untuk membangkitkan iman. Di dalam ibadah,
Luther menggunakan paduan suara untuk mendukung pelaksanaan nyanyian jemaat.
Fungsi utama paduan
suara dalam ibadah:
-
Sebagai penyambung lidah baik dari segi pemberitaan Firman dari sisi
pengucapan syukur dan doa permohonan jemaat.
-
Menuntun jemaat dalam menyanyikan nyanyian jemaat.
-
Mengiringi jemaat dalam melakukan kegiatan tertentu (misalnya persembahan,
prosesi atau perjamuan kudus).
-
Memberikan dukungan teknis kepada jemaat sehubungan dengan tempo, dinamika
dan karakter lagu dari nyanyian yang dinyanyikan (lihat poin 2).
-
Bekerja sama dengan pemusik melayani ibadah dengan musik ibadah.
Seringkali paduan suara yang bertugas, tidak mau
menjadi kantoria yang bertugas menuntun jemaat dalam menyanyikan nyanyian
jemaat. Andaikata ada kantoria, para anggota sebagian besar mengganggap remeh
karena hanya menyanyikan satu suara. Padahal justru menyanyi unisono itu amat
sulit.
Idealnya sebuah kantoria menyanyikan semua nyanyian
jemaat yang ada dengan susunan 4 suara, SATB (atau aransemen suara sejenis),
baik yang sederhana maupun aransemen khusus. Untuk dapat mencapai hal tersebut,
diperlukan pendidikan paduan suara yang progresif hingga tiap anggota dapat
menyanyi dengan mandiri tanpa harus “nebeng” kiri-kanan.
Jika nyanyian jemaat dapat dilagukan dengan baik dan
benar, penuh semangat, maka dengan sendiri ibadah kita akan lebih hidup dan berarti.
Ingatlah bahwa seringkali kita lebih mengingat musik yang dinyanyikan di dalam
satu ibadah, dibandingkan dengan hal-hal lain.
Ada banyak hal yang harus diperhatikan di dalam
pelayanan kita sebagai kantoria. Yang terpenting adalah persiapan kita untuk
menyanyikan lagu-lagu jemaat haruslah matang. Jangan sampai kita tidak tahu
pasti bagaimana cara menyanyikan lagu-lagu tersebut. Hingga jemaat tidaklah
terganggu ketika beribadah, dengan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Jelaslah bagi kita bahwa sebetulnya PS tidak harus
selalu menyanyi sebelum dan sesudah khotbah. Namun lebih penting untuk menyanyi
sebagai satu kesatuan ibadah. Andaikata menyanyi sebelum dan sesudah khotbah,
nyanyian itu adalah bagian integral dari ibadah, bukan pertunjukan hingga harus
ditepuki.
Ada yang menganggap tepuk tangan itu harus dilakukan
sebagai tanda penghargaan bagi PS bersangkutan. Jika pusat ibadah kita
adalah Kristus, layakkah kita memuliakan dan memuji PS sebagus apapun itu?
Bukankah apresiasi tersebut dapat dilakukan seusai ibadah dengan memberikan
salam dan bahkan Anda punya lebih banyak waktu untuk menyampaikan pujian,
daripada sekedar basa-basi bertepuk tangan? Bukankah kita hendaknya mengarahkan
hati kita hanya pada Tuhan dan bukan hal lain?
4.Jenis musik:
Jenis musik yang cocok untuk beribadah adalah musik
yang tidak mengalihkan perhatian kita dari pusat ibadah, yaitu TUHAN.
Dengan demikian, musik yang menyita perhatian utama kita dan sekedar memuaskan
hati dengan hentakan dan keramaian bunyi dan suasana, sebaiknya harus
dipertanyakan, apakah musik itu untuk mendukung ibadah atau sekedar
menyenangkan hati saja? Kesakralan ibadah haruslah dijaga, kemurnian
ajaran haruslah juga dipertahankan. Gereja harus mendunia, dan bukan
sebaliknya, dunia yang menguasai gereja dengan berbagai kebiasaan dan
kebudayaan duniawi.
Dari masa kuno hingga sekarang, musik yang gaduh tidak
dapat dipakai dalam ibadah. Aristoteles (384-322 SM), seorang filsuf Yunani,
murid Plato, membagi masyarakat dalam dua mazhab, yaitu masyarakat bebas
(berbudaya tinggi) dan budak (berbudaya rendah).
Masyarakat berbudaya rendah tergerak oleh musik yang hingar bingar serta
gaduh dan sekedar memuaskan hati dan jiwa sesaat saja. Sedangkan masyarakat
berbudaya tinggi menganggap musik sebagai sesuatu yang memulihkan keseimbangan
jiwa, menghibur hati dan merangsang rasa patriotisme dan kepahlawanan. Musik
bukan sekedar untuk telinga saja tapi lebih untuk jiwa, bersifat
kognitif.
Sebastian Virdung, seorang ahli musik di tahun 1511
dalam bukunya mengungkapkan bahwa bunyi perkusi menyebabkan gangguan bagi
mereka yang sakit, mereka yang sedang belajar (ia berbicara dalam konteks
kehidupan rohaniwan yang harus terus-menerus belajar) dan mereka yang sedang
beribadah.
Dengan demikian, makin jelaslah bagi kita, mengapa
baik Calvin dan Zwingli amat sangat berhati-hati dengan penggunaan musik dalam
ibadah. Bahkan musik dari Luther pun amat tenang, bukan jenis musik yang
hingar-bingar.
Mengapa ada lagu yang boleh dinyanyikan di gereja dan
ada lagu yang lebih baik dinyanyikan di ibadah rumah tangga, ibadah padang atau
ibadah di luar Ibadah Hari Minggu?
Karena lagu tersebut penting dan harus membantu jemaat
menghayati ibadahnya, bukan justru menjadi hiburan belaka (entertainment).
Refleksi:
• Ibadah=pertemuan
dengan Allah
• Bersifat
pribadi, kudus, agung dan penuh ekpresi
• Nyanyian =
ekspresi syukur dan berita keselamatan
• Ibadah harus
dipersiapkan
• Berikan yang
terbaik bagi Tuhan sebagai persembahan hidup
PELAYAN MUSIK GEREJA
Gereja yang tidak bernyanyi bukanlah gereja.- Karl Barth
Judul pokok bahasan ini memiliki pengharapan yang tidak
muluk-muluk. Pelayan musik yang diperlukan adalah yang “ideal” bukan yang
sempurna. Yang ideal memang bukanlah yang sempurna. Kata “ideal” berarti sesuai
dengan apa yang dikehendaki atau yang dicita-citakan. Namun pertanyaannya
sekarang adalah berdasarkan “keinginan” dan “kehendak” siapa? Berdasarkan sudut
pandang dan patokan siapa? Berdasarkan patokan diri sendiri, jemaat, atau
Allah?
HAKIKAT
PELAYAN MUSIK GEREJA
Menjadi pelayan musik gereja berarti menjadi orang yang melayani
Allah pada seksi musik di dalam gereja (ekklesia – persekutuan orang percaya).
Orang yang melayani musik gereja adalah pelayan Allah karena Kepala Gereja
adalah Kristus. Jadi siapa pun ia dalam jajaran pelayanan di dalam gereja
(termasuk Pendeta dan Presbiter lainnya) ditilik, dinilai, dan diamati
pertama-tama berdasarkan sudut pandang Allah. Dan sudut pandang Allah diuraikan
dengan jelas dalam Alkitab. Pada prinsipnya baik pelayan Kategorial, pelayan
Sakramen, pelayan Musik memiliki kesamaan lebih banyak daripada perbedaannya.
Alasannya adalah mereka semua adalah pelayan Allah, dan yang membedakannya
hanyalah uraian tugasnya saja. Sehingga secara khusus pelayan musik gereja
tidak dinilai dari kecanggihannya memainkan musik dan keindahannya menyanyikan
lagu dengan tepat sesuai partitur dan terdengar harmonis, tetapi pada
pribadinya sebagai seorang pelayan. Akibatnya nas yang diperlukan seorang pelayan
musik gereja sama dengan nas yang dibutuhkan oleh seorang pendeta, seorang
penatua dan diaken, seorang pelayan komisi lainnya.
Dalam Kol
3:16 tertulis:Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Pakar PAK Indonesia, Andar Ismail, menguraikan bahwa teks serta
terjemahan “dan sambil” di ayat itu sebenarnya bisa diartikan sebagai “dengan”,
sehingga ayat ini berbunyi: “ajarlah dan tegurlah … dengan mazmur, puji-pujian
dan nyanyian rohani”. Ayat ini memang mau memperlihatkan bahwa nyanyian
mempunyai fungsi didaktis dalam menanamkan Firman Kristus. Bahkan dalam Efesus
5:18-19 di situ tertulis, “…berkata-katalah seseorang kepada yang lain dalam
mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani”. Perhatikanlah bahwa pengarang
Efesus mengganti kata ajar dan tegur menjadi “berkata-katalah”. Kedua ayat dari
abad pertama ini menunjukkan bahwa awalnya gereja memandang nyanyian sebagai
sarana belajar dan mengajar tentang Kristus.
Andar Ismail
melanjutkan tulisannya:Dengan prinsip itu kita melihat bahwa segala sesuatu yang bersangkutan dengan musik gereja mempunyai fungksi hakiki sebagai pemampu yang memampukan umat bernyanyi. Jadi, jika seorang solois atau koor bernyanyi maka fungsi hakikinya sebenarnya adalah memampukan umat bernyanyi. Ini sama sekali bukan berarti bahwa setelah solo atau koor itu umat harus menyanyikan lagu yang sama. Yang dimaksud adalah bahwa tugas solois atau koor bukanlah sekedar menghibur umat, melainkan memberi contoh, topangan, dan dorongan kepada umat untuk bernyanyi dengan benar. Hal ini berlaku juga untuk pemain musik.
Sekarang bila kita sepakat bila hakikat pelayan musik gereja
adalah pelayan itu sendiri, maka marilah bersama-sama kita memperhatikan
hal-hal apa saja yang diperlukan oleh seorang yang disebut pelayan itu:
a. Pengertian
yang mendalam terhadap firman AllahPaulus dalam membentuk Timotius selaku pelayan muda di Efesus memesankan:
Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita dan dalam ajaran sehat yang telah kauikuti selama ini
.Bagaimana mungkin kita menjadi pelayan Allah bila kita tidak mengerti apa kehendak-Nya?
b. Memiliki relasi yang karib dengan Allah
Selanjutnya Paulus berujar kepada Timotius:
Tetapi jauhilah takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Latihlah dirimu beribadah.
Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.
Melatih diri beribadah sama artinya membiasakan diri secara
kontinu membentuk hubungan dengan Allah yang menimbulkan kekariban. Berdasarkan
nas di atas maka pelayan yang memiliki relasi karib dalam peribadahannya dengan
Allah memiliki dua keuntungan:
1.
mengenal dan mengalami janji Allah untuk hidup ini;2. mengenal dan mengalami janji Allah untuk hidup yang akan datang;
Orang yang senantiasa mendekatkan diri kepada Allah adalah orang yang akan belajar memandang segala sesuatu berdasarkan sudut pandang Allah. Kedekatannya dengan Allah membuat pelayan tersebut makin mengenal Allah (knowing Jesus).
c. Karakter Yang Terpuji
Karakter Pemuji Allah pada prinsipnya adalah karakter seorang
pelayan Allah. Dan Paulus menasihatkan khususnya pelayan muda:
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda.
Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Penuturan Paulus ini disatu sisi ingin meneguhkan bahwa kemudaan
bukan halangan bagi pelayanan tetapi tetap harus ada yang dapat dipakai untuk
memukau orang (secara positif) yakni dengan menjadi teladan yang terkandung
dalam karakter sekaligus mencerminkan karakter. Teladan yang diharapkan hadir
dalam diri Timotius bukan karena kemudaannya tetapi karena ia adalah seorang
pelayan Allah. Teladan tersebut mencakup: perkataan, tingkah laku, kasih,
kesetiaan, dan kesucian.
1.Perkataan
Milikilah perkataan yang menjadi perkataan. Perkataan yang tajam
tetapi tidak melukai. Perkataan yang tepat pada sasarannya tanpa melukai orang
lain.
2.Tingkah
Laku
Memang Allah tidak memandang rupa tetapi melihat hati. Namun hal
itu bukan berarti tidak ada kesejajaran antara hati dan tingkah laku. Akan
terlihat begitu membingungkan bila hati seseorang yang katanya baik dalam
penjabaran dalam tingkah laku justru sangat memuakkan.
3.Kesetiaan
Kesetiaan adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Bahkan
kelompok kejahatan sekalipun menuntut kesetiaan di antara pengikutnya.
Kesetiaan pelayan Tuhan tidak hanya dibuktikan pada keteguhan memegang komitmen
pelayanan tetapi juga pada keteguhan berpihak pada kebenaran. Kata lain dari
kesetiaan adalah integritas yang menunjukkan nilai kita yang tetap sekalipun
berpindah-pindah konteks hidup.
4.Kasih
Tanda dari pelayanan yang sejati adalah kasih, bukan kekuasaan,
keberhasilan atau kebesaran pelayanan. Keberhasilan dan kekuasaan tanpa kasih
sama artinya dengan sebuah pelayanan yang telah meninggalkan hukum Kristus yang
terutama dan pertama.
5.Kesucian
Sulit melihat kesucian dalam dunia yang serba relatif dan memudar.
Kesucian hanya dianggap mimpi utopis. Namun kesulitan yang ada bukan alasan
atau halangan seseorang membuktikan apa yang dituntut Tuhan: “sebab ada
tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (I Pet 1:16).
d. Profesional Dalam Karya dan Pelayanan
Kata ini sudah dipahami dengan keliru oleh kebanyakan orang.
Profesional sering dianggap lawannya amatir dan terkesan bayaran. Padahal yang
dimaksud dengan kata tersebut di sini adalah: cakap di bidangnya. Pelayan musik
gereja bukanlah orang yang sekedar memiliki minat dan bakat musik tetapi mereka
yang benar-benar mengembangkan talenta dan minatnya itu dalam bentuk pelatihan
yang menimbulkan kecakapan. Paulus memerintahkan Timotius untuk tidak lalai
mempergunakan karunia yang ada padanya dalam pelayanan:
Jangan lalai
dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh
nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.Perintah Paulus ini mengandung makna tersirat agar Timotius terus melakukan pelatihan yang kelak akan menghasilkan kecakapan atau profesionalitas. Hasil dari pelatihan itu tentunya tidak menjadi sesuatu yang tidak dapat dinilai atau diukur malah sebaliknya hal itu justru menjadi satu bentuk kemajuan yang memajukan pelayanan jemaat itu sendiri:Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.
Dalam upaya meningkatkan profesionalitas pelayaan dibutuhkan ruang dan waktu belajar yang memadai, kerja keras, ketekunan, dan menghancurkan rasa puas diri. Pelayanan menghabiskan waktu untuk terus-menerus mengobarkan api bukan untuk memadamkannya.(II Tim 1:6).
e. Siap Sedia Melakukan Evaluasi Diri dan Antisipasi
Paulus dalam pesannya kepada Timotius tidak melupakan unsur pengawasan dan evaluasi terhadap diri sendiri. Paulus menulis:
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.
Disamping melakukan evaluasi yang mengantar pada perbaikan, ada
yang perlu dibuat pula sehubungan dengan hal ini yakni melakukan antisipasi.
Dengan senantiasa memperbaiki kekurangan-kekurangan maka dampak yang negatif ke
pelayanan-pelayanan di masa depan dapat diminimalkan.
Dalam upaya melakukan pemeriksaan diri atau otokritik di situ
dijumpai kebesaran jiwa dan kerendahan hati. Ingatlah kesombongan adalah
penyebab utama kehancuran dalam pelayanan dalam segi apa pun.
Pelayan
Musik Gereja Sebagai Penyembah Allah
Saat seorang pelayan sedang menjalankan tugasnya maka ia sedang
mengerjakan dua dimensi pelayanan baik yang bersifat vertikal maupun
horisontal. Namun yang senantiasa menjadi kelemahan di banyak gereja adalah
penekanan yang terlalu berat pada dimensi horisontal. Bagaimana pelayanan itu
menyenangkan mereka yang duduk di bangku gereja. Padahal dimensi vertikal
adalah pelayanan terhadap sang Kepala Gereja sendiri sering kurang mendapat
perhatian.
Pelayan Musik Gereja adalah penyembah Allah. Dan saat pelayan
musik gereja sedang menjalankan tugasnya maka ia tidak hanya memandu atau
mengiringi lagu bagi jemaat tetapi ia juga sedang menyembah Allah bersama
jemaat. Tommy Tenney menyatakan bahwa: “Penyembahan adalah suatu proses saat
anda mengulurkan lengan-lengan anda ke langit sebagai tanda penyerahan.”
Selanjutnya bahkan ia menulis bahwa: “peyembahan mempunyai kesanggupan
adikodrati untuk memperbaiki masalah-masalah penglihatan rohani kita dan
mengarahkan semuanya pada pusat perhatian surgawi. Penyembahan tidak saja
menghadirkan kuasa Allah dalam ibadah tetapi juga membuat ibadah tidak terpusat
pada manusia dan penampilan manusia tetapi kepada Allah. Jadi pelayan musik
gereja tidak dapat dikategorikan pelayan yang melayani asal jadi karena ia
sedang melayani dua dimensi yang sama-sama meminta pertanggungjawaban.
Pelayan Musik
Sebagai Tim Pelayanan
Tim Pelayanan mensyaratkan adanya beberapa orang yang diajak dan
ditetapkan sebagai pelayan-pelayan. Pelayanan musik gereja tidak memungkinkan
pelayanan dikerjakan oleh satu orang saja. Bila tim tidak bekerja sebagai tim
tetapi bekerja secara individual maka sekalipun ada yang bekerja dalam kelompok
pelayan musik gereja tetap saja disebut dengan pelayanan individual.
Kita sadar bersama bahwa kurangnya kesatuan dalam gereja telah
menjadi salah satu penyebab mengapa gereja tersebut tidak mengalami kebangunan
dan pertumbuhan. Hal itu pun berlaku bagi komisi musik gereja. Bila kita
merindukan adanya pelayanan-pelayanan yang semakin maju dan semakin besar maka
ada harga yang harus dibayar pula yakni: dituntut adanya sebuah kesatuan yang
besar pula. Ketidaksatuan menjual kredibilitas kita. Sehingga tidak beralasan
bagi dunia untuk percaya bahwa kita berasal dari Allah jika kita bertindak
seperti Iblis.
Kesatuan diperlukan dalam kesatuan tim sehingga saling melengkapi dan saling menopang. Tidak ada yang memegahkan diri. Bila satu sakit semua sakit, dan bila satu dihormati semua turut dihormati (I Kor 12).
Pelayan Musik Berorientasi Pada Jiwa Bukan Program
Orientasi pelayanan kita adalah jiwa bukan program. Program adalah
alat bantu mencapai orientasi tersebut. Dalam setiap kesempatan pelayanan
hendaknya seluruh pelayan berpikir bahwa pelayanannya menjadi satu kesatuan
dengan pemberita Firman Allah untuk menyelamatkan jiwa dan bukan sekedar
pemenuhan jadwal yang telah ditetapkan. Bila para pelayan musik gereja
berorientasi pada jiwa, maka semua yang terlibat di dalamnya tidak akan pernah
merasa bila mereka hanyalah pelayan pelengkap dalam sebuah ibadah.Pada
prinsipnya pertemuan ini dimaksudkan agar semua yang menyebut dirinya pelayan
terus dibangun dan meraih kemajuan dan bukan berkanjang kepada kemunduran dan
kegagalan. Kita semua tentu teringat akan kata-kata Larry Keefauver yang
menyatakan bahwa: “Pelayanan menghabiskan waktu untuk membangun berdasarkan kekuatan
yang ada dan bukan menutupi kelemahan“.
Delapan
masalah yang berhubungan dengan musik gereja:
1. Kebanyakan
orang memandang musik gereja sebagai hal yang sepele, namun kenyataan yang ada
justru sebaliknya musik gereja merupakan hal yang sangat kompleks. Mempelajari
musik gereja secara mendalam merupakan salah satu cara yang baik untuk
menghindari cara pandang yang salah mengenai musik gereja.2. Tidak semua orang menguasai musik gereja yang merupakan salah satu Disiplin Ilmu. Hal inilah yang menyebabkan kebanyakan orang kesulitan ketika diperhadapkan dengan masalah musikal yang harus diselesaikan.
3. Penyembahan adalah fokus dan nafas dari gereja. Ketika musik gereja diperhadapkan dengan masalah penyembahan tersebut, sudah tentu hal ini terkait dengan pembelajaran liturgis. Dengan kata lain pendidikan liturgis sangat penting namun yang menjadi persoalan ialah pendidikan liturgis yang ada tidak memadai.
4. Jarangnya gereja mengangkat topik-topik mengenai seni bermusik sangat disayangkan mengingat musik gereja adalah karya seni, oleh sebab itu gereja harus dilibatkan dalam memperhatikan musik gerejawi.
5. Gereja mempunyai tugas misi yaitu evangelikal dan etika yang berada dalam payung teologikal yang lebih luas. Ketika kita berusaha menyatukannya cakupannya akan menjadi lebih luas dan sangat kompleks. Demikian pula hymnology yang dipayungi oleh bidang pembelajaran liturgy, sebenarnya dapat dibagi kedalam bidang kategorial yang lebih kecil.
6. Sejarah musik merupakan unsur yang sangat penting untuk menghilangkan kebingungan dalam pembagian musik gereja kedalam bidang-bidang kategorial.
7. Seharusnya Gereja melihat seluruh dunia dalam intensi dalam praktek yang riil, maka dalam hal ini unsur musikologi antar budaya dan etnomusikologi harus lebih dititikberatkan.
8. Kompleksitas pembelajaran musik gereja seringkali didefinisikan ke dalam definisi dan istilah-istilah yang sempit. Oleh sebab itu teori musik harus ditekankan. Agar lebih memahami aktivitas musik secara menyeluruh dan mendalam keterlibatan seseorang menjadi penting agar musik itu dapat menjadi musik terapan.
Lima bidang yang berhubungan
dengan musik gereja:
a. Teologi
b. Sejarah Musik
c. Etnomusikologi
d. Sosiologi
e. Filsafat
Dua contoh
yang banyak terjadi dalam praktek musik gereja:a. Dalam proses penggalian ilmu musik gereja seringkali kita tidak saja mempelajari hubungan kita dengan Pencipta yang mahakuasa itu, namun kadangkala kita juga telah menobatkan diri kita sebagai pencipta itu sendiri dalam kapasitas memanipulasi teologi yang tercakup di dalamnya.
b. Kita adalah ciptaan yang menyanyi untuk memuji dan membesarkan namaNya haruslah berhati-hati agar tidak bingung akan apa itu pembelajaran mengenai musik, dan apa itu penyembahan terhadap Allah.
Empat alasan mempelajari musik gereja:
a. Alasan Praktika
Sebagai orang yang akan terlibat langsung dalam kehidupan
bergereja baik sebagai pendeta atau pemusik gereja, kita dihadapkan kepada
masalah-masalah musikal yang menuntut keterampilam bermusik yang cukup.
b.
Alasan Teoritis dan Intrinsik
Secara teoritis, segala sesuatu yang dipelajari pasti ada
implikasi prakteknya sesudahnya, namun seseorang tidaklah harus memulai
langsung dengan praktek karena tidak semua orang terbiasa dengan sebuah bidang
yang baru saja akan ditekuni. Secara intrinsik, alasan ini merujuk kepada
banyak topik pembelajaran musik gereja yang penelitiannya dilakukan oleh
sejarahwan, etnomusikolog, sosiolog, filsuf dan lain-lain dengan metode yang
beragam. Dengan kata lain semakin kita berusaha untuk mempelajari musik gereja,
wawasan kita akan semakin terbuka.
c.
Alasan Pengelompokan Cakupan Bidang Musik Gereja
Yang membuat musik gereja itu menarik, mungkin adalah sejumlah
bidang-bidangnya saling melengkapi satu dengan lainnya. Pengetahuan dan
pengelompokkan musik gereja ke dalam bidang-bidang kategorialnya sangat
dibutuhkan untuk mencapai objektivitas pembelajaran sehingga kita dapat lebih
mudah memahami masalah-masalah musikal dalam perkembangan gereja.
d.
Cara Pandang Yang Non-Emosional
Musik, penyembahan atau teologi membawa kita ke dalam nilai-nilai
diatas ambang rasio. Hal ini dapat mempengaruhi alam sadar (conscious),
alam bawah sadar, (unconscious) tanpa memandang apakah kita adalah orang
beriman, pietis, fundamentalis, ortodoks bahkan atheis sekalipun. Seringkali
orang yang berhubungan dengan aspek ini sulit untuk memahami dan menerima
musik, penyembahan atau teologi yang lain. cara yang terbaik adalah dengan
melihat dari kacamata orang yang membenci atau mempertanyakan suatu teologi
dari musik (tradisi) tertentu. Hal ini membantu kita untuk membentuk cara
pandang yang lebih objektif dalam menerima menentukan langkah selanjutnya.
Hubungan manusia dengan musik:
Musik bukan hanya memenuhi kebutuhan manusia akan hiburan dan
selingan yang memberi warna dan semangat hidup tetapi musik juga menjadi
ungkapan diri dan identitas manusia. Musik menjadi ekspresi jiwa dan pemberi
daya kekuatan dan jiwa kehidupan. Musik penting bagi manusia.
KEKUATAN DAN PENGARUH MUSIK
Musik adalah bunyi yang teratur, memiliki nada, beat dan irama. Musik dapat menjadi penghibur saat dalam kesedihan, musik dapat memotivasi semangat dalam masa perjuangan, musik dapat menjadi sarana ungkapan cinta kepada sang kekasih, musik dapat mengendorkan pikiran saat menghadapi kepenatan hidup.
Demikian sebagian kecil manfaat dan fungsi dari musik. Bisa kita bayangkan bila dunia ini tanpa musik, ironis sekali bukan? Seperti seorang pria tanpa wanita, sekuntum bunga tanpa kupu-kupu, sayur tanpa garam, ya pastilah dunia akan hampa.
MUSIK DALAM GEREJA
Sedangkan peranan musik sendiri dalam gereja atau ibadah adalah sebagai tempat untuk mengungkapkan kebaikan, keadilan, kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Musik adalah sarana untuk pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Disisi lain musik juga dipakai sebagai alat pemujaan terhadap setan atau berhala-berhala, dengan bunyi-bunyian tertentu mereka menggunakan musik untuk memanggil roh-roh jahat untuk suatu kepentingan.
Musik dapat memberikan kesejukan dalam hati bila irama yang kita dengar secara harmony, iramanya lambat, syair yang bagus juga puitis. Sungguh akan menjadi manfaat yang baik bila musik dikemas dalam tampilan yang bagus dan indah.
Secara khusus dari kacamata rohani, musik dapat memberikan dampak yang hebat dalam kehidupan seseorang. Alkitab banyak memberikan contoh bahwa musik memliki kekuatan dan pengaruh yang besar dalam kehidupan umat manusia.
Dengan musik, Daud menyembuhkan raja Saul dari sakit gila yang disebabkan oleh roh jahat (1 Samuel), dengan musik Yosua dan bangsa Israel dapat menghancurkan tembok Yerikho (Yosua 6), dengan nyanyian dan musik Yosafat dapat mengalahkan bangsa Moab dan Amon (1 Tawarikh 20), dan dengan nyanyian dan musik Petrus dan Silas dapat terbebas dari penjara dengan cara yang ajaib.
Dikala kita menaikkan pujian kita kepada Allah, maka akan kita rasakan kesejukan dan ketenangan dalam hati kita, dengan catatan kita sungguh-sunguh menyanyikan dengan sepenuh hati kita.
MUSIK SEBAGAI OBAT
Disisi medis ditemukan bahwa musik juga dapat dipakai untuk membantu pasien melupakan sejenk penyakit yang sedang dideritanya, dimana ini sngat membantu dalam proses pengobatan yang sedang dijalankan oleh seorang dokter.
Sementara musik klasik juga dapat menolong anak dalam masa pertumbuhan, khususnya dengan bekerjanya otak sebelah kiri yang bertugas menimbulkan kecerdasan dan kepandaian.
Beethoven, dunia musik pasti tahu siapa dia. Seorang sniman musik legendaris dan paling jenius pada jamannya. Pada usia 20 tahun, Bethoven mengalami gangguan penurunan pendengaran. Tetapi ia tidak merasa hal itu merupakan alasan bagi dirinya melahirkan karya-karya besarnya. Justru pada saat pendengarannya terganggu, ia malah menghasilkan karya-karya agung yang dikemudian hari dikenang dunia sebagai karya terbesarnya. Bahkan banyak seniman musik seangkatannya tidak dapat memainkan karya musiknya pada saat itu. Disini dapat kita lihat bagaimana begitu besar pengaruh daripada musik.
Setiap orang memiliki selera musik yang berbeda-beda. Tapi apapun jenisnya, musik bisa dijadikan obat yang mujarab untuk meringankan berbagai penyakit dan membuat tubuh tetap sehat.
Manfaat terapi musik telah dikenal sejak zaman dulu. Musik sebagai sarana penyembuhan bahkan diakui dalam tulisan-tulisan Pythagoras, Aristoteles dan Plato. Mereka percaya bahwa musik dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik, emosi, kognitif dan sosial, serta meningkatkan kualitas hidup.
Praktisi medis profesional pun telah menghubungkan musik untuk kesehatan tubuh. Sebuah studi telah menyimpulkan bahwa mendengarkan musik memiliki efek kesehatan yang positif terhadap orang dari segala usia.
Dilansir dari Lifemojo, berikut beberapa bagian tubuh yang bisa sehat dengan musik:
1. Menghilangkan rasa sakit
Musik memiliki kemampuan untuk mengurangi rasa sakit melalui pelepasan endorfin yang bertindak sebagai pembunuh rasa sakit alami. Hal ini juga bisa mengalihkan perhatian dari rasa sakit dan mendorong relaksasi.
Menurut sebuah studi yang dipublikasikan dalam Journal of Advanced Nursing, mendengarkan musik sehari-hari dapat mengurangi rasa sakit kronis sebesar 21 persen.
2. Meredakan stres
Stres telah dikaitkan dengan banyak penyakit, termasuk beberapa penyakit mental yang tampaknya hanya terjadi pada orang dengan tingkat stres yang sangat tinggi. Dari studi yang dilakukan menunjukkan bahwa musik dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan secara signifikan.
3. Menyehatkan jantung
Mendengarkan musik yang menenangkan (seperti musik klasik, Celtic atau India) juga dapat membantu mengurangi denyut jantung dan tekanan darah. Sebagai hasil dari tekanan darah, juga mengurangi risiko stroke dan masalah kesehatan lainnya dari waktu ke waktu.
4. Merangsang sel otak
Penelitian telah menunjukkan bahwa musik beat cepat dapat merangsang gelombang otak untuk beresonansi sinkron, sehingga membuat orang berkonsentrasi lebih tajam dan berpikir lebih waspada. Di sisi lain, mendengarkan musik klasik dapat menenangkan dan meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi lebih lama.
5. Membuat tidur nyenyak
Mendengarkan musik yang lembut saat akan tidur dapat membantu orang untuk tidur lebih nyenyak. Tidur menempatkan tubuh Anda dalam kondisi baik karena menghilangkan efek stres, depresi dan kecemasan seseorang.
6. Membantu penyembuhan kanker
Penelitian menunjukkan musik yang menawarkan sejumlah manfaat bagi orang menghadapi kanker. Musik dapat mengurangi kecemasan pada pasien yang menerima terapi radiasi dan juga meringankan mual dan muntah karena kemoterapi dosis tinggi.
MUSIK ADALAH KEBUTUHAN
Hampir setiap hari kita mendengar musik dan, di televisi, di radio, di swalayan, dimanapun kita berada kita tidak dapat menghindar dari yang namanya musik. Musik seolah-olah sudah menjadi kebutuhan pokok telinga kita.Hanya mungkin kita jarang secara serius untuk mendengar dan mengamatinya, sementara kita perlu memilah mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.
Musik tidak akan penah luntur oleh jaman, sementara musik tetap abadi menyesuaikan kemajuan jaman, perkembangan dan kebutuhan manusia musik akan tetap menyertai dan tidak akan pernah ketinggalan. Musik memberikan pengaruh baik saat kita memposisikannya pada tempat yang baik, dan musik dapat memberikan pengaruh yang tidak baik saat kita memposisikannya pada tempat yang salah.
MUSIK SEBAGAI ALAT MISI
Sejalan dengan berkembangnya jaman ada beberapa jenis musik yang terbentuk antara lain salah satunya Musik Kontemporer.
Di Amerika Serikat, melalui wadah Asosiasi Artistik Kristen, yang dirintis oleh Cam Floria, di California, kehidupan artis-artis Kristen yang ada dibalik perkembangan musik Kristen Kontemporer dilatih dan diperlengkapi sebagai seorang penginjil. Disini artis-aris ini dimuridkan, diberikan motivasi dan diberikan visi bagi pelayanananya sampai ada pertobatan yang benar dan nyata.
Itulah sebabnya mereka lebih senang disebut sebagai “Duta Musik Allah”, karena mereka bukan hanya menyenyi tetapi juga berkotbah melalui musik, bersaksi, menantang orang terima Yesus sebagai Juru Selamatnya, mendoakan, konseling, dan lain-lain. Tidak jarang dalam pelayanan mereka terjadi mukjijat dan kesembuhan ilahi.
Konser-konser terbuka yang mereka adakan dihadiri bukan hanya puluhan ribu orang, melainkan sampai ratusan ribu rang yang mendengarkan injil melalui musik, berjam-jam lamanya tanpa rasa bosan. Diakhir konser, mereka ditantang untuk bertobat dan berbalik kepada Yesus. Pelayanan musik Kristen Kontemporer terus berkembang sampai keluar negeri, ke seluruh penjuru dunia.
MUSIK SEBAGAI ALAT PERTOBATAN
Demikian juga dengan musik Kristen Kontemporer, beberapa badan yang berkepentingan mencoba mengadakan penelitian terhadap penggemar dan konsumen musik Kristen Kontemporer, dan hasilnya cukup mengejutkan, antara lain :
1. Sebagian besar dari mereka yang bertobat oleh karena musik ini, menjadi orang Kristen yang setia dan bertumbuh, dan melayani Tuhan, banyak yang masuk sekolah-sekolah Alkitab.
2. Banyak umat Kristen yang semula menyanyikan lagu rohani hanya pada saat ibadah gereja saja di hari Minggu dan menggemari rupa-rupa lagu duniawi, sekarang suka memutar dan menyanyikan lagu-lagu Kristen Kontemporer.
Ada jutaan hati yang diubah melalui lagu-lagu musi yang berisi tantangan antara lain : anti aborsi, anti abuse, menjadi orang tua asuh, penanggulangan bencana alam, kelaparan, penginjilan di negara-negara dunia ketiga, dll.
Musik Kristen Kontemporer berhasil masuk dalam jajaran musik-musik elit dunia dan berhasil membawa injil dekat denga hati mereka.
Selain itu pekembangan musik Kristen Kontemporer juga berhasil mengumpulkan banyak dana untuk membiayai berbagai macam kegiatan penginjilan.
Sejarah Musik Gereja
Pembagian ini ditulis dalam buku Sejarah Musik jilid 1
sampai 4 oleh Karl Edmund yang diterbitkan oleh Pusat Musik Liturgi di
Yogyakarta.
Simbol dari musik yang ada pada Zaman Daud (Kecapi)
yang ada di Yerusalem
- Musik zaman kuno (___sampai abad 4)
Musik zaman kuno bisa
diketahui dari benda-benda purbakala dan alat-alat musik yang
ditemukan.Misalnya, patung, shofar, nafiri,harpa-harpa,
kecapi, mandolin, lyra,
seruling, tambur kemudian ukiran di batu tentang ibadat di
Mesir.Sedangkan pada tradisi Yahudi sendiri bisa diketahui dari teks-teks Alkitab. Misalnya dalam teks Keluaran
19:16-19, Yosua 6:8-9. 20, Hakim-hakim 5; ditemukan beberapa aktivitas yang
menggunakan alat musik seperti sangkakala, bermazmur, kecapi, gambus, disebut juga ada
nyanyian-nyanyian. Bahkan ada jenis musik yang bisa diketahui yaitu musik Kenisah(abad 10-6SM) dan musik Sinagogal (500SM) Kemudian perkembangannya
diketahui terjadi di Yunani pada masa klasik hellenisme
dan pada abad-abad awal masehi yang sudah terdapat musik gregorian yang diusung oleh para musisi termasuk
bapa gereja.
- Musik Abad pertengahan (375-1400)
'Musik zaman pertengahan biasanya dikaitkan
dengan kejatuhan Romawi (476) sebagai pembukaannya. Pendapat lain mengatakan
dimulai semenjak ada perubahan besar dalam kebudayaan klasik Yunani maupun Romawi, perpindahan bangsa-bangsa tepatnya
berbagai suku Jermania dari Eropa Timur ke Eropa Barat.Penutupan abad pertengahan juga ada
perdebatan, bahkan terkadang hingga abad 16 yang ditandai oleh tokoh-tokoh polifoni
seperti Palestrina
(1525-1594) serta Orlando di Lasoo
(1532-1594). Setidaknya terdapat dua gaya musik bukan hanya menurut estetik
serta bantuk lahirnya, namun juga karena perkembangannya. Bentuk-bentuk
musiknya: drama liturgi, gregorian, tipe litani (berbalasan dilakukan dalam ibadah), tipe
sekuensi, kanzone, rondo.Musik polifon pada abad 9-11 konon dimulai dari Islandia dan Norwegia. Perkembangan lain adalah sudah
adanya sekolah-sekolah musik, organum baru, sudah ada notasi musik juga
berkembang.
- Musik zaman Renaissance (1350-1600)
Sebuah notasi dari Kidung Gregorian
Musik zaman Renaissance
diawali dengan perkembangan seni di Italia, disebut juga masa anti purbakala.
Istilahnya sendiri dipakai baru pada abad 15-26, bersamaan ditemukan
bukti-bukti sejarah tentang Columbus, Gutenberg, lalu disusul oleh masa reformasi
(zaman tokoh Martin Luther dan Yohanes Kalvin) di mana terdapat pembaruan
gereja yang menandakan ciri musik religius. Musiknya sendiri ditandai oleh
beberapa bentuk; motet,
ordinarium missae, nyanyian offinsi, madrigal, birama dsb. Perkembangan musik
bukan hanya terjadi di Italia, namun juga banyak negara lain, Inggris, Spanyol, Perancis Musik Koral yang terkenal dari tradisi gereja
juga muncul, dikarang oleh Martin Luther
sebagai tokoh terkenal dalam reformasi.
- Musik Barok (1600-1750)
Musik yang juga diambil dari tradisi tari-tarian yang
menjadi seni rakyat
Musik zaman Barok adalah dianggap mewakili zaman yang
sangat rumit dalam berbagai hal, mulai melodinya, bentuk-bentuk musiknya dan warna
musiknya. Istilah barok sendiri sebenarnya muncul dalam buku Ensiklopedi karya Denis Diderot pada tahun 1750. Bentuk-bentuk
musik yang berkembang pada masa ini adalah opera,
oratorio, musik kamar dan instrumentalia.Musik gereja berkembang di
Italia, Jerman dan Austria. Gereja dengan
beberapa tradisi; Katolik, protestan, Anglikan (Inggris). Kemudian musisi yang sangat
terkenal adalah J.S Bach (1685-1750), Handel Antonio Vivaldi, Alessandro Scarlatti
dsb. Zaman musik Klasik ini berlangsung pada tahun 1760 - 1820 yang
berpusat pada tiga komponis besar; Joseph Haydn (1732-1809), Wolfgang Amadeus
Mozart (1756-1791) dan Ludwig Van Beethoven
(1770-1827) Musik yang berkembang adalah jenis musik vokal, musik opera.
- Musik Zaman Klasik (1750-1820)
Musik Klasik adalah
karya seni musik yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah
sedemikian hingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan
terus, hal ini menurut Friedrich Blume.
Dapat diketahui bahwa masa klasik dibagi dalam pra klasik (1730-1760), klasik
awal (1760-1780), dan klasik tinggi (1780-1820) Musik klasik ini ditandai
dengan bentuk musik seperti opera klasik, opera buffa, opera comique, oratorio yang bekembang. Musisi ternama yang
kita kenal adalah Mozart, Beethoven, Gluck
dll. Musik gereja sendiri banyak memperoleh sumbangan baik gereja Katolik maupun Protestan.[7]
- Musik Zaman Romantis (abad 18-19)
Musik zaman romantis dikenal
mulai abad 18, yaitu sebuah istilah untuk menggambarkan perasaan yang menonjol
dalam berbagai aspek kesenian seperti pada musik. Pada zaman ini masih terdapat
opera yang terus berkembang, drama musik, konser sebagai warisan dari zaman
klasik. Musik gereja berkembang di Wina dalam tradisi Katolik,
terkait dengan tantangan abad pencerahan oleh para pemikir di dalamnya. Dalam
tradisi Katolik terdapat musik gereja, gerakan cecilianis, dan musik devosional.Sedangkan pada tradisi protestan
terdapat nyanyian jemaat,
musik gereja, paduan suara gereja yang dibarengi dengan berbagai alat musik
yang digunakannya; organ, piano,
dll. Para musisi di dalamnya adalah Franz Schubert, Robert Schuman, Anton Bruckner dll.
- Musik Impresionisme
Musik Impresionis, istilah
ini muncul dari kumpulan semiman di Paris,
dengan aliran-aliran seni yang spontan, sebagai wujud dari sesuatu yang dilihat
secara indah dan diwujudkan dalam benda atau karya seni.Hal
yang menonjol adalah melodi dan harmoni. Komposer yang berkarya adalah Gabriel Fauré (1845-1924),
- Musik Musik Zaman Modern (Abad 19- Abad 20)
Musik gereja abad 20 tampak dalam nyanyian jemaat sedikitnya
memiliki dua unsur yang menonjol:
1. Keagungan Tuhan, kemuliaan dalam ajaran Trinitas, syairnya terdapat makhluk-makhluk sorgawi
dalam bahasa yang agung.Didominasi oleh musik Latin
hingga abad-abad Pertengahan
hingga memasuki zaman Reformasi .
2. Mengandung pesan pementingan perilaku kesalehan
manusia yang mulai terbuka, munculnya puritanisme, pietisme, ekspansi, spiritualisme yang memasukkan teologi kelompok
tertentu (orang-orang kulit hitam) yang menjadi tema-tema yang dimasukkan ke
dalamnya.
Memilih
Musik Dengan Bijaksana
Pilihan musik yang tersedia sedemikian beragam sehingga
membingungkan. Sampul CD (compact disc) dirancang untuk menarik konsumen agar
membeli segala jenis rekaman musik. Namun, jika penyembah Allah ingin
menyenangkan Dia, ia akan berhati-hati dan membuat pilihan bijaksana untuk
menghindari musik vokal dan instrumental yang diilhami oleh kepercayaan agama
palsu atau yang berfokus pada perbuatan amoral dan demonisme.
Albert, yang pernah melayani sebagai utusan injil Kristen di
Afrika, mengakui bahwa ia tidak punya banyak kesempatan untuk bermain piano di
sana. Tetapi, ia berulang-kali mendengarkan beberapa rekaman piringan hitam
yang dibawanya. Sekarang di negara asalnya, Albert mengunjungi sidang-sidang
Kristen sebagai pengawas keliling. Waktu yang dimilikinya untuk mendengarkan
musik terbatas. ”Komponis favorit saya adalah Beethoven,” katanya. ”Selama
bertahun-tahun, saya telah mengoleksi rekaman simfoni, konserto, sonata, dan
kuartetnya.” Mendengarkan lagu-lagu ini membawa kenikmatan tersendiri baginya.
Tentu saja, tiap-tiap orang punya selera musiknya sendiri, namun sebagai orang
Kristen, kita mencamkan nasihat Paulus, ”Jika kamu makan atau minum atau
melakukan apa pun yang lain, lakukanlah segala sesuatu demi kemuliaan Allah.”—1 Korintus 10:31.
Musik
dan Dedikasi
Susie jatuh cinta pada musik sejak kecil. ”Saya mulai main piano
pada usia 6 tahun, biola pada usia 10 tahun, dan akhirnya harpa pada usia
12 tahun,” ia menjelaskan. Belakangan,
Susie belajar harpa di Royal College of Music di London, Inggris. Ia belajar
selama empat tahun dengan seorang pemain harpa terkenal asal Spanyol, dan
setahun lagi di Paris Conservatoire, mendapat gelar sarjana musik serta diploma
untuk bermain harpa dan mengajar piano.
Susie lalu bergabung dengan sidang Saksi-Saksi Yehuwa di London.
Di sana, ia menemukan minat dan kasih yang tulus di antara rekan-rekan Saksi.
Lambat laun, kasihnya akan Yehuwa bertumbuh, dan gairahnya akan dinas Allah
mendorongnya mencari jalan untuk melayani Dia. Ini mengarahkannya ke pembaktian
dan baptisan. ”Menjadikan musik sebagai karier adalah suatu gaya hidup yang
berdedikasi, jadi kehidupan berdedikasi bukanlah hal baru bagi saya,” kata
Susie. Waktunya untuk pertunjukan konser berkurang seraya ia turut serta dalam
pelayanan Kristen, yakni memberitakan kabar baik Kerajaan Allah selaras dengan
instruksi Yesus.—Matius
24:14; Markus
13:10.
Mengingat sekarang waktu Susie untuk bermain musik terbatas,
bagaimana perasaannya? ”Kadang-kadang sedikit frustrasi juga karena saya tidak
punya lebih banyak waktu untuk latihan,” ia mengakui, ”tetapi saya masih
bermain dan menikmati musik. Musik adalah karunia dari Yehuwa. Sekarang saya
lebih menikmatinya karena saya mendahulukan dinas Allah dalam kehidupan saya.”—Matius 6:33.
Musik
yang Memuji Allah
Albert dan Susie, bersama-sama dengan hampir enam juta Saksi-Saksi
Yehuwa lainnya, secara teratur memuji Allah Yehuwa dengan musik. Pada
perhimpunan yang diadakan di Balai-Balai Kerajaan di 234 negeri, jika
memungkinkan, mereka mengawali dan mengakhiri perhimpunan mereka dengan
menyanyi bagi Yehuwa. Dengan nada mayor dan minor, melodi yang indah memuat
lirik yang berdasarkan Alkitab untuk memuji Allah Yehuwa.
Semua hadirin angkat suara untuk menyanyi dengan penuh perasaan
bahwa Yehuwa adalah Allah yang memelihara (Nyanyian 44). Mereka menyanyikan
pujian bagi Yehuwa (Nyanyian 190). Nyanyian mereka berisi sukacita dan tanggung
jawab persaudaraan Kristen, kehidupan Kristen, serta sifat-sifat Kristen.
Variasi gaya musik yang digunakan Saksi-Saksi dari Asia, Australia, Eropa, serta
Amerika Utara dan Selatan sewaktu menggubah melodi tersebut menambah kesenangan
mereka dalam bernyanyi.*
”Nyanyikanlah bagi Yehuwa nyanyian baru. Menyanyilah bagi Yehuwa,
hai, kamu sekalian di bumi. Menyanyilah bagi Yehuwa, agungkanlah namanya”,
adalah kata-kata pembuka nyanyian kerajaan yang agung yang dicatat pada zaman
pemazmur. ”Dari hari ke hari, beri tahukanlah kabar baik tentang penyelamatan
olehnya. Nyatakanlah di antara bangsa-bangsa kemuliaannya, di antara semua suku
bangsa pekerjaan-pekerjaannya yang menakjubkan.” (Mazmur 96:1-3)
Inilah yang dilakukan Saksi-Saksi Yehuwa di lingkungan saudara, dan mereka
mengundang saudara untuk ikut menyanyikan pujian ini. Saudara akan disambut di
Balai Kerajaan mereka, tempat saudara dapat belajar caranya memuji Yehuwa
dengan musik yang menyenangkan Dia.
Musik
yang Tidak Menyenangkan Allah
Tidak semua
musik yang disebutkan di Alkitab menyenangkan Allah. Perhatikan insiden yang
terjadi di Gunung Sinai, tempat Musa menerima Hukum, termasuk Sepuluh Perintah.
Sewaktu Musa turun dari gunung, apa yang ia dengar? ”Bukan suara nyanyian
mengenai perbuatan yang perkasa”, ”bukan suara nyanyian kekalahan”, tetapi
”suara nyanyian yang berbeda”. Ini adalah musik yang berhubungan dengan
penyembahan berhala, praktek yang menimbulkan ketidaksenangan Yehuwa dan mengakibatkan
tewasnya sekitar 3.000 penggubah musik itu. —Keluaran
32: 18, 25- 28.
Meskipun
manusia dapat menggubah, memainkan, dan menikmati segala jenis musik, tidak
berarti semuanya itu menyenangkan Allah. Mengapa demikian? Rasul Kristen Paulus
menjelaskan, ”Semua orang telah berbuat dosa dan gagal mencapai kemuliaan
Allah.” (Roma 3: 23) Ritus kesuburan kafir, doktrin kekekalan jiwa
manusia, dan pemujaan Maria sebagai ”bunda Allah” sering ditonjolkan sebagai
tema gubahan musik. Namun, kepercayaan dan praktek ini tidak menghormati Allah
kebenaran, karena hal-hal tersebut bertentangan dengan apa yang disingkapkan
dalam Firman-Nya yang terilham, Alkitab. —Ulangan
18: 10- 12;
Yehezkiel 18:4; Lukas 1: 35, 38.
Musik
yang Menyenangkan Allah
Musik digambarkan sebagai ”seni
yang tertua dan paling alami dari semua jenis seni murni”. Seperti bahasa,
musik adalah pemberian mengagumkan yang membedakan manusia dari binatang. Musik
menggugah emosi. Ia dapat memuaskan telinga dan mengiang-ngiang dalam pikiran.
Dan yang terutama, musik dapat menyenangkan Allah.
SEBAGAIMANA ditunjukkan Alkitab,
bangsa Israel menyenangi musik. Musik adalah ”suatu seni yang menonjol di zaman
Alkitab dahulu”, komentar Unger’s Bible Dictionary. Sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari, baik musik vokal maupun instrumental merupakan corak
ibadat mereka. Namun, suara manusialah yang paling populer digunakan.
Raja Daud menunjuk wakil-wakil di
antara orang Lewi ”untuk memimpin nyanyian” di tabernakel, sebelum bait yang
dibangun Salomo, putranya, ditahbiskan. (1 Tawarikh
6: 31, 32) Sewaktu tabut perjanjian, yang melambangkan kehadiran
Yehuwa, tiba di Yerusalem, Daud menempatkan beberapa orang Lewi ”untuk
mengingatkan kembali dan juga untuk bersyukur serta memuji Yehuwa”. Mereka
mengiringi suara pujian mereka dengan ”alat-alat musik bersenar dan harpa,
. . . simbal dengan nyaring, . . . terompet”. Pria-pria ini
”namanya telah ditunjuk untuk bersyukur kepada Yehuwa, karena ’kebaikan hatinya
yang penuh kasih ada sampai waktu yang tidak tertentu’”. —1 Tawarikh
16:4-6, 41; 25:1.
Refrain ”kebaikan hati [Yehuwa]
yang penuh kasih ada sampai waktu yang tidak tertentu” muncul berkali-kali
dalam Mazmur, buku Alkitab yang paling banyak berkaitan dengan musik. Misalnya,
itu membentuk bagian kedua setiap ayat dari ke-26 ayat di Mazmur
136. ”Karena singkat, orang-orang lebih mudah menyanyikannya,” kata seorang
sarjana Alkitab menyimpulkan. ”Setiap orang yang pernah mendengarkannya dapat
mengingatnya.”
KESIMPULAN
Melalui blogg yang saya buat ini
kiranya para pembaca mengetahui bahwa segala sesuatu yang dijadikan Tuhan Allah
semuanya bermanfaat bagi kehidupan manusia, akan tetapi segala manfaat positif
terkadang diubah menjadi negatif karena tidak sesuai pada tempatnya. Tidak semua
berkenan kepada Tuhan, maka bijaklah dan berikanLah yang terbaik buat Tuhan dan
semuanya yang kita berikan menjadi suatu Kemuliaan bagi Yesus Kristus Allah
kita yang hidup.
Jangan
terlambat memilih musik yang benar Ingatlah
Yang berguna
dan yang membangun (I Korintus 10:23)
Jangan kita diperhamba (I Korintus 6:12)
Pikirkanlah semua yang benar (Filipi 4:8)
Jangan kita diperhamba (I Korintus 6:12)
Pikirkanlah semua yang benar (Filipi 4:8)
Milikilah sasaran,
tujuan, bidikan hidup yang jelas.
- Tujuan hidup bagi Tuhan
- Tujuan hidup dari Tuhan
- Berdoalah mohon Tuhan tunjukkan tujuan hidup kita
“ Kasih
karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian Dahulu, Sekarang, dan sampai
Selama-lamanya “